Tingkat Keketatan SNBT UPI 2026: Strategi Masuk Bagi Santri dan Siswa



Dalam iklim kompetisi pendidikan tinggi yang kian ketat, kaum santri tidak boleh tertinggal. Banyak dari mereka memiliki potensi luar biasa—kecerdasan kognitif, ketekunan, kedisiplinan, bahkan daya tahan belajar tinggi—namun belum semua santri mampu menembus kampus-kampus negeri ternama seperti Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Padahal, peluang itu terbuka lebar. Salah satu pintu masuknya adalah melalui Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT) 2025.


SNBT 2025 tidak lagi menguji Tes Kompetensi Akademik (TKA) seperti masa lalu. Fokus seleksi kini pada kemampuan dasar dan umum melalui tiga komponen utama: Tes Potensi Skolastik (TPS), Literasi dalam Bahasa Indonesia dan Inggris, serta Penalaran Matematika. Ini secara tidak langsung memberi peluang baru bagi santri. Sebab, karakter pendidikan pesantren yang mengutamakan literasi teks, logika, dan disiplin bisa menjadi modal berharga untuk menghadapi model tes semacam ini.


Namun tentu saja, memahami peta kompetisi sangat penting. Berdasarkan data keketatan penerimaan mahasiswa di UPI, tampak bahwa beberapa program studi sangat diminati hingga tingkat persaingannya ekstrem. Program studi seperti Ilmu Komunikasi, Kedokteran, Teknologi Pangan, Ilmu Komputer, dan Keperawatan hanya menerima 2–3% dari seluruh pendaftar. Ini artinya, dari setiap 100 pendaftar, hanya dua hingga tiga orang yang diterima. Angka ini menunjukkan bahwa selain kesiapan akademik, dibutuhkan strategi dan perencanaan yang matang dalam memilih program studi.


Santri yang menargetkan program-program studi ketat seperti itu harus bersiap bersaing secara nasional. Mereka perlu memiliki skor UTBK yang sangat tinggi dan kemampuan literasi serta penalaran di atas rata-rata. Persiapan intensif sangat dianjurkan, baik melalui bimbingan belajar, try out berkala, maupun belajar mandiri dengan materi SNBT terbaru.


Namun perlu diingat, jalan menuju kampus unggulan tidak selalu harus melalui jalur terberat. UPI juga membuka banyak program studi dengan tingkat keketatan yang lebih longgar, tetapi tetap menjanjikan masa depan cerah. Misalnya, Pendidikan Teknik Otomotif, PGPAUD, dan Pendidikan Teknik Elektro memiliki rasio diterima yang berkisar antara 20 hingga 25%. Ini menunjukkan bahwa peluang masuk lebih besar bagi mereka yang menyiapkan strategi pemilihan jurusan dengan cermat, bukan sekadar ikut arus popularitas prodi.


Selain itu, santri memiliki keunggulan tersembunyi yang tidak dimiliki semua siswa. Mereka terbiasa hidup dalam lingkungan disiplin, terbiasa bangun dini hari, dan sudah terlatih membaca serta memahami teks-teks kompleks seperti kitab kuning. Ini adalah fondasi yang baik untuk mengerjakan soal-soal literasi dan penalaran di SNBT.


Yang perlu diperkuat adalah pemahaman terhadap konteks kontemporer, terutama dalam bacaan ilmiah populer, bahasa Inggris fungsional, dan konsep dasar matematika terapan. Karena itu, penting bagi para santri untuk mulai membuka diri pada referensi di luar buku pelajaran agama, seperti artikel berita, jurnal populer, dan soal latihan SNBT. Penguasaan ini akan menjadi nilai tambah besar dalam seleksi nanti.


Pemilihan program studi pun tidak bisa didasarkan pada gengsi semata. Santri harus mampu memetakan kekuatan pribadi dan memadukannya dengan peluang rasional. Bila memiliki minat di bidang sosial, misalnya, maka memilih prodi seperti Pendidikan Sosiologi, Pendidikan Agama Islam, atau Pendidikan Bahasa Arab bisa menjadi opsi strategis. Demikian pula bagi santri yang memiliki minat pada teknologi, prodi teknik vokasional atau teknologi pendidikan patut dipertimbangkan.


Langkah lain yang tak kalah penting adalah membangun jaringan dan bimbingan. Santri bisa belajar dari para alumni pondok yang telah lolos ke UPI, atau aktif dalam komunitas santri pejuang PTN yang kini banyak tersedia di media sosial. Kolaborasi dan tukar informasi menjadi kekuatan kolektif yang memperbesar peluang sukses.


Tentu saja, sebagai santri, ikhtiar akademik tak pernah berdiri sendiri. Doa, munajat, tahajud, dan sedekah tetap menjadi senjata spiritual yang melengkapi usaha lahiriah. Dalam tradisi pesantren, keberhasilan adalah kombinasi dari ilmu dan adab, dari kerja keras dan keberkahan.


SNBT 2025 bukanlah medan tempur yang hanya diperuntukkan bagi siswa sekolah umum. Santri memiliki hak dan peluang yang sama untuk sukses, bahkan dengan bekal karakter yang kuat. Yang dibutuhkan adalah perubahan paradigma: dari pasif menjadi proaktif, dari sekadar menunggu takdir menjadi pembentuk takdir. Jika santri memanfaatkan kekuatan intelektual, moral, dan spiritualnya secara sinergis, maka menembus UPI—atau kampus top lain di Indonesia—bukan lagi sekadar harapan, melainkan keniscayaan yang menunggu diwujudkan.


Analisis Tingkat Keketatan Prodi UPI

Tingkat keketatan dihitung dari perbandingan jumlah peminat dengan jumlah yang diterima. Semakin kecil persentasenya, semakin ketat seleksinya. Berikut ini adalah beberapa temuan penting berdasarkan data penerimaan mahasiswa di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI):

Prodi Paling Ketat (Peluang Kecil Masuk)

  1. Ilmu Komunikasi (S1) – Kekatatan: 1,72%
  2. Kedokteran (S1) – 2,16%
  3. Teknologi Pangan (S1) – 2,18%
  4. Ilmu Komputer (S1) – 2,73%
  5. Keperawatan (S1) – 3,01%

Ini adalah program studi yang sangat kompetitif karena peminatnya jauh lebih besar dari kapasitas yang diterima. Untuk bisa masuk ke prodi-prodi ini, santri harus memiliki nilai akademik yang sangat tinggi dan performa luar biasa dalam tes SNBT. Diperlukan persiapan matang, baik dari sisi materi akademik maupun strategi pengerjaan soal.


Prodi Menengah (Persaingan Masih Ketat)

  1. Psikologi (S1) – 4,35%
  2. Teknik Sipil (S1) – 4,59%
  3. Akuntansi (S1) – 4,61%
  4. Desain Komunikasi Visual (S1) – 5,52%
  5. Pendidikan Bahasa Inggris (S1) – 7,82%

Prodi-prodi ini memiliki persaingan yang cukup ketat, meskipun tidak se-ekstrem kelompok sebelumnya. Prodi semacam ini cocok bagi santri yang memiliki kekuatan akademik yang solid, serta ketertarikan khusus pada bidang studi tersebut. Jika dilakukan persiapan secara konsisten, peluang untuk diterima tetap terbuka lebar.


Prodi Cenderung Longgar (Peluang Lebih Terbuka)

  1. Pendidikan Teknik Otomotif (S1) – 22,72%
  2. PGPAUD Kampus UPI di Sililwangi (S1) – 25,57%
  3. Pendidikan Teknik Elektro (S1) – 20,83%
  4. Pendidikan Teknik Arsitektur (S1) – 19,17%

Program studi dalam kategori ini memiliki tingkat keketatan yang lebih rendah, sehingga peluang diterima lebih besar. Cocok untuk santri yang mungkin belum memiliki nilai akademik tertinggi, namun memiliki minat dan keterampilan teknis yang kuat. Ini bisa menjadi pilihan strategis jika santri ingin fokus pada bidang vokasional yang aplikatif dan dibutuhkan dunia kerja.

Semoga analisis ini dapat membantu santri dalam menentukan strategi masuk UPI: memilih program studi secara bijak, sesuai kekuatan pribadi dan peluang riil, bukan hanya berdasarkan popularitas semata. []

Previous Post Next Post