Kariermu Terancam? Ini Strategi Career Wellbeing agar Tetap Relevan di Era Transisi

 

Strategi Career Wellbeing agar Tetap Relevan di Era Transisi

Di tengah gelombang perubahan yang datang begitu cepat—mulai dari teknologi yang terus berlari, hingga dunia kerja yang semakin dinamis—muncullah satu kebutuhan baru yang tak lagi bisa diabaikan: kesejahteraan karier, atau yang kini mulai dikenal luas dengan istilah career wellbeing. Bukan sekadar tentang mendapatkan pekerjaan atau naik jabatan, tetapi lebih dalam lagi—tentang bagaimana seseorang merasa puas, berarti, dan tumbuh di tengah karier yang ia jalani.


Karier Bukan Lagi Soal Pekerjaan Saja

Dalam perspektif baru ini, karier bukan sekadar urusan teknis: datang ke kantor, menyelesaikan tugas, lalu menunggu gaji. Career wellbeing menyentuh dimensi psikologis: Apakah saya merasa berkembang? Apakah pekerjaan ini memberi makna? Apakah saya merasa bahagia menjalani rutinitas ini?


Pertanyaan-pertanyaan itu menjadi semakin penting, terutama bagi orang dewasa yang telah memasuki dunia kerja selama bertahun-tahun. Banyak dari mereka kini dihadapkan pada realita yang berubah: pekerjaan lama mulai tergantikan otomatisasi, keahlian lama mulai usang, dan struktur pekerjaan menjadi lebih fleksibel namun tak pasti.


Era Transisi: Ketika Dunia Kerja Tak Lagi Sama

Kita kini hidup di era yang disebut sebagai era transisi. Di sini, perubahan datang bertubi-tubi. Teknologi digital memunculkan jenis pekerjaan yang sebelumnya bahkan tidak kita kenal—sekaligus mematikan banyak profesi yang selama ini dianggap mapan. Tidak hanya itu, sistem kerja juga ikut berubah: dari sistem kantoran ke kerja jarak jauh, dari kontrak tetap ke sistem freelance.


Bagi pekerja dewasa, kondisi ini sering kali menghadirkan tekanan yang tidak kecil. Banyak yang merasa cemas, bingung, bahkan kehilangan arah. Mereka dituntut untuk beradaptasi, namun tak semua orang memiliki bekal untuk itu. Apalagi bagi mereka yang selama ini tumbuh dalam sistem kerja yang stabil dan linier.


Apa Kabar Orang Dewasa di Tengah Kegaduhan Ini?

Di tengah badai perubahan ini, kelompok dewasa justru menjadi salah satu yang paling rentan. Mereka sering kali terjebak antara dua dunia: satu kaki masih berada dalam cara kerja lama, sementara kaki lainnya dipaksa menapak dunia baru yang belum mereka pahami sepenuhnya.


Akibatnya, tak sedikit yang mengalami stres, kelelahan emosional, bahkan krisis identitas. Mereka membutuhkan bukan hanya pelatihan teknis, tapi juga dukungan emosional dan bimbingan yang menyeluruh—yang bisa membantu mereka memahami ulang siapa diri mereka, apa yang mereka ingin capai, dan bagaimana cara mencapainya dalam konteks dunia kerja baru.


Peran Bimbingan dan Konseling: Lebih dari Sekadar Nasehat

Di sinilah peran bimbingan dan konseling karier menjadi sangat penting. Tidak cukup lagi menjadi sekadar penasihat yang memberikan arahan karier; konselor kini perlu menjadi fasilitator perubahan. Mereka harus mampu menjadi teman refleksi, pembuka wawasan, dan pendorong keberanian untuk bertransformasi.


Pendekatan konseling yang efektif di era ini adalah yang bersifat humanistik dan adaptif. Artinya, tidak hanya fokus pada "pekerjaan apa yang cocok", tapi juga pada "siapa Anda sebenarnya, dan bagaimana Anda bisa tetap berkembang dalam dunia kerja yang berubah?". Konseling karier untuk orang dewasa harus mampu menyentuh aspek nilai, makna, serta kekuatan pribadi yang mungkin selama ini tidak disadari.


Strategi Implementasi: Menyusun Jembatan, Bukan Sekadar Petunjuk Arah

Maka, dibutuhkan pendekatan yang menyeluruh dan strategis. Beberapa hal yang bisa dilakukan antara lain:


Memberdayakan para konselor agar memahami spektrum masalah lintas usia dan sektor kerja.


Menjalin kolaborasi dengan dunia industri serta lembaga pelatihan vokasi agar pendampingan karier tidak berhenti di ruang konseling.


Mengembangkan layanan yang fleksibel, mudah diakses, dan sesuai dengan kebutuhan pekerja dewasa yang mungkin tidak memiliki banyak waktu.


Semua strategi ini bukan sekadar prosedur teknis. Mereka adalah jembatan—jembatan yang membantu orang dewasa menyeberangi sungai deras perubahan tanpa harus kehilangan arah, makna, dan harga dirinya.


Menuju Karier yang Lebih Manusiawi

Karier, dalam konteks hari ini, tak lagi bisa didekati dengan cara lama. Dunia berubah, dan manusia di dalamnya juga berubah. Maka, pendekatan terhadap kesejahteraan karier pun harus berubah. Kita perlu memanusiakan kembali konsep bekerja—dengan mendukung individu untuk tidak hanya "bekerja", tetapi juga "bertumbuh", "bermakna", dan "bahagia".

Ikhtiar kita di era ini bukan lagi sekadar tentang arah karier, tetapi tentang merancang kehidupan kerja yang sehat, manusiawi, dan penuh harapan. []


Previous Post Next Post